Ayah, Aku, dan Link Fomototo: Cerita Kecil Tentang Kedekatan di Dunia Digital
Ayah, Aku, dan Link Fomototo: Cerita Kecil Tentang Kedekatan di Dunia Digital
Blog Article
Namaku Rafi. 24 tahun.
Seorang pekerja kreatif yang sehari-harinya hidup di antara email, revisi desain, dan deadline tak berkesudahan.
Ayahku, Pak Harto — pensiunan guru matematika, 60 tahun.
Keras kepala, disiplin, dan anti dengan hal-hal yang berbau "game digital".
Sampai akhirnya, sesuatu yang sangat sederhana mengubah hubungan kami berdua.
Sesuatu yang bernama: link Fomototo.
Awalnya Hanya Rasa Penasaran
Semua bermula saat aku pulang ke kampung untuk beberapa hari.
Ayah seperti biasa, duduk di teras dengan koran dan teh manis.
Kami tidak banyak ngobrol. Topiknya selalu soal pekerjaan, ekonomi, dan “kenapa kamu belum nikah.”
Hingga suatu sore, dia melihatku memainkan game puzzle lewat HP.
“Apa itu? Mainan bocah?”
“Enggak, Yah. Ini... cuma hiburan. Namanya Fomototo.”
Dia mendengus. Tapi matanya tertarik.
Ayah yang Mulai Belajar Klik
Besoknya, aku iseng kirim link Fomototo ke HP-nya.
Dia baca pelan-pelan, lalu klik.
Awalnya bingung. Lalu mencoba.
Lalu... senyum.
“Loh ini seru juga ya. Kaya Tetris tapi ada hitungannya.”
Itulah momen pertama dalam hidupku melihat Ayah menikmati sebuah game.
Bukan karena dia ingin menang. Tapi karena itu... mengingatkannya pada matematika — tapi versi menyenangkan.
Dari Klik Biasa Jadi Obrolan Hangat
Beberapa hari setelahnya, kami mulai sering duduk bareng.
Main bareng.
Bahkan saling tukar skor.
Topik pembicaraan pun berubah.
Tidak lagi soal pekerjaan atau “kapan bawa calon.”
Tapi soal strategi puzzle, angka, dan warna.
“Yah, ini tekniknya harus sabar. Jangan geser cepat.”
“Kamu kira Ayah nggak ngerti? Dulu Ayah juara catur antar-guru, tahu!”
Kami tertawa. Lama.
Dan untuk pertama kalinya sejak aku remaja, aku merasa... dekat.
Penutup: Satu Klik, Banyak Makna
Siapa sangka, link Fomototo yang awalnya hanya jadi pengisi waktu bagiku,
justru jadi jembatan komunikasi antar-generasi.
Membuat aku dan Ayah yang berbeda dunia,
bisa berbagi ruang.
Berbagi tawa.
Bahkan berbagi kenangan.
Kadang kita pikir mendekatkan diri ke orang tua itu butuh liburan mahal, hadiah besar, atau momen dramatis.
Tapi ternyata, cukup... satu klik kecil yang sama-sama kita nikmati.
???? Cerita ini fiktif, tapi bisa saja nyata. Karena setiap keluarga punya caranya sendiri untuk saling memahami — bahkan lewat puzzle dan angka-angka sederhana dari sebuah situs bernama Fomototo.
Report this page